Radja Nainggolan membuka jalan ke Seri A dengan memperkuat klub Seri B Piacenza. Bermain sebanyak 69 kali sejak 2007-2010, gelandang setinggi 175 cm ini mencetak empat gol.
Penampilan yang cukup cemerlang dari pemuda kelahiran 4 Mei 1988 itu membuat klub Seri A Cagliari kepincut dan merekrutnya sebagai pemain pinjaman musim ini. Nama Nainggolan, yang tak asing bagi telinga orang Indonesia, membuatnya cepat dikenal di Nusantara.
Banyak yang berharap pemuda berdarah Batak itu memperkuat Timnas Indonesia untuk mendongkrak prestasi Laskar Garuda yang semakin tenggelam di kancah Internasional. Namun, harapan tinggallah harapan karena Nainggolan sudah lebih dulu memperkuat negeri tempatnya dilahirkan, Belgia.
Nainggolan lahir dari pasangan Marianus Nainggolan dan Lizie Bogaerd yang asli Belgia. Namun masa kecil Radja tidaklah harmonis seperti kehidupan anak-anak sebayanya.
Sejak usia enam tahun Marianus kembali ke Indonesia dan menetap di Denpasar, Bali, untuk melanjutkan usahanya. Sejak saat itu pula, Radja tak pernah merasakan sosok ayah dalam kehidupan masa kecilnya. Lizie yang seorang diri mengasuh Radja dan saudari kembarnya Riana, mendorong Radja untuk menggeluti sepak bola.
Setelah mengawali pendidikan sepak bola di tim junior Germinal Beerschot, Radja hijrah ke Italia bergabung dengan tim junior Piacenza pada 2004. Tiga tahun kemudian, Radja masuk tim senior.
Karena penampilannya yang cukup bersinar di Italia, Radja mendapat kesempatan memperkuat Timnas Belgia U-21 hanya setahun setelah membela tim senior Piacenza. Pada 2009, Radja menjalani debutnya bersama Timnas Senior Belgia.
Seiring dengan semakin melejitnya karier Radja, kehidupan pribadinya pun mulai membaik. Sang ayah berkunjung menemuinya 13 tahun setelah meninggalkan sang gelandang dan ibu serta saudari kembarnya.
"Awalnya pertemuan itu sangat aneh sekali, saya hanya bisa menatap papa tanpa bisa berkata banyak. Muatan emosi terus menyelimuti benak ini. Setelah beberapa jam baru suasana menjadi semakin hangat dan sangat akrab," demikian tuturnya, seperti dinukil dari Matabumi.com.
"Bayangkan saja kami ditinggal di Belgia ketika masih berusia enam tahun. Selama belasan tahun itu muncul semacam kekosongan atau kevakuman. Tapi setelah tiga minggu menghabiskan waktu bersama, banyak kekosongan yang terisi dan pertanyaan yang terjawab," ungkap Radja mengenang kembali pengalaman emosional tersebut.
"Sekarang saya lebih bisa memahami keputusan orang tua, karena saya sendiri baru saja menjadi orang tua dari seorang putri bernama Alisa," akunya.
Kini, Indonesia hanya bisa bangga pada sebatas nama NAINGGOLAN yang bertengger di atas nomor punggung 4 kostum Cagliari. Tak bisa lebih dari itu.
Andai PSSI bergerak lebih cepat, bukan mustahil nama NAINGGOLAN tidak hanya bertengger di kostum Cagliari, melainkan juga di kostum Merah Putih kebanggaan Indonesia.
Dan akan lebih bangga lagi, bila nama Nainggolan yang berkibar di Seri A juga bisa mengibarkan prestasi Indonesia di kancah Internasional. [nic]
2comments:
setuju
Post a Comment
Jolo tiniktik sanggar laho bahenon huru-huruan, Jolo sinukkun marga asa binoto partuturan.
Untuk membalas komentar ke Nama/ Id tertentu, silahkan tambahkan "@" sebelum Nama atau ID komentar yang ingin dibalas/ reply
contoh: @name atau @5867483356795408780.0
Isi Komentar/ Reply
ps:
- Untuk mengetahui ID komentar yang ingin di reply silahkan klik [Comment ID]
- Berkomentarlah dengan tutur kata yang sopan, adalah hal yang manusiawi untuk berbeda pendapat